Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

ISRA' MIRAJ JALAN PELEPASAN

  ISRA' MIRAJ JALAN PELEPASAN Oleh Ma’ruf Zahran Sabran Rajab tahun ini, 1446 Hijriah terasa istimewa, sebagai bangsa Indonesia dan sebagai umat manusia. Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki pemimpin baru, harapan baru. Sebagai warga dunia, ada harapan memasuki masa depan yang cerah meski menempuh jalan berliku. Namun literasi yang hadir kali ini, bukan untuk mengelaborasi dua hal tersebut, adalah ingin memadahkan bahwa kehebatan isra' miraj diluar nalar. Dalam rangka mengajari diri untuk memahami diri kepastian, bukan diri keraguan. Diri keberuntungan, bukan diri kerugian. "Demi masa, sungguh manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Saling menasehati untuk kebenaran, saling menasehati dengan kesabaran." (Al-Ashr:1-4). Peristiwa isra' miraj sudah minimal melahirkan tiga sikap beragama dan tiga konsep keagamaan. Posisi sikap pertama membenarkan isra' miraj, mereka kaum beriman dan semakin bertambah iman mereka

INSAN KAMIL (GAGASAN JALAN PELEPASAN)

  INSAN KAMIL (GAGASAN JALAN PELEPASAN) Oleh Ma’ruf Zahran Sabran Insan kamil terdiri atas dua kata. Insan dan kamil. Insan istilah manusia, kamil istilah sempurna. Secara bahasa, insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa. Bila disatukan kata insan kamil, mungkinkah diartikan kelupaan yang sempurna. Dimana letak kesempurnaan adalah kelupaan dan posisi kelupaan merupakan kesempurnaan? Sepakat umat, insan kamil adalah Muhammad bin Abdullah (Lahir, Mekah, 571 M. Wafat, Madinah, 634 M). Sepanjang praktik hidup beliau adalah produk hukum yang dihasilkan. Sepanjang kehidupan-nya merupakan suri tauladan terbaik (uswah-hasanah). Langkah beliau adalah aplikasi kitab suci yang berjalan (Muhammad the living Quran). Semua apa yang beliau katakan (qauliyah), lakukan (fi'liyah), setujui (taqririyah), bahkan cita-citanya (hammiyah) adalah perpustakaan yang sempurna (maktabah-kamilah). Insan kamil Muhammad sudah berhasil memadukan dan menyatukan diri terperi (Muhammad) dengan diri s

DUNIA DUPLIKAT AKHIRAT

  DUNIA DUPLIKAT AKHIRAT Oleh Ma’ruf Zahran Sabran Tajuk di atas dapat ditukar, guna menyamakan dua dimensi alam yang berbeda. Keakhiratan duplikat keduniaan dan keduniaan duplikat keakhiratan. Mereka berdua saling bercermin. Satu yang dua, dua untuk yang satu. Hakikatnya, satu juga. Agama-agama besar dunia menaruh kepercayaan kepada akhirat. Ada yang berpendapat keduanya terpisah, ada yang berpendapat keduanya menyatu. Ada pula yang berpendapat pulang ke akhirat. Dinamakan akhir karena ada awal. Dinamakan awal karena ada akhir. Perputaran yang mencakup siklus berjalan, siklus roda berputar, ibarat hukum kausalitas hujan (sahabats-tsiqal). Tuhan menyabda dalam firman, di bumi kamu hidup, di bumi kamu mati, di bumi kamu dibangkitkan (baca Al-A'raf:25). Bumi kecil adalah bumi diri (alam shaghir, mikrokosmik). Insan kamil (Muhammad) sudah Tuhan visualisasi dalam bentuk pribadi Muhammad bin Abdullah. Sungguh, Muhammad adalah perlawanan (antithesis) pada zaman-nya, jahiliyah.

AMANAH FITRAH FILOSOFI TABUR TUAI

  AMANAH FITRAH FILOSOFI TABUR TUAI Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Jelas kitab suci menerangkan (Ali Imran:91), walau didatangkan dunia seluruh isinya emas untuk menebus diri supaya beriman, anak, istri dan seluruh manusia, pasti tebusan itu ditolak. Tidak, sesungguhnya bagi mereka ada neraka. Saat harta, keluarga, serta tahta menjadi musuh di hari kiamat. Kemana akan lari? Bukankah hari itu, diri membaca catatan diri, diri membaca tulisan diri, diri membalasi perbuatan diri. Semua sudah Allah amanahkan kepada setiap diri tentang ketentuan hidup dan mati. Pertanyaan penting, sudahkah masing-masing kita mengenal diri? Menjaga amanah fitrah (roh tauhid) sebagai tanggungjawab pribadi dengan filosofi "tabur-tuai." Ketika di alam roh, Dia tetapkan kitab fitrah (Arrum:30). Ketika di dunia ini, manusia lalai. Kemudian di akhirat disuruh baca kitab catatan-mu (Al-Isra':14).   Kebanyakan manusia tidak memahami, maksudnya mereka mengira logika dapat menyelesaikan rundung mas

MEMBONGKAR TEORI AGAMA DAN PRAKTIK KEAGAMAAN

  MEMBONGKAR TEORI AGAMA DAN PRAKTIK KEAGAMAAN Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Agama selalu berangkat dari premis mayor, pernyataan positif. Oleh kultur dikonstruk menjadi premis minor (tanda petik). Artinya, agama memiliki lampiran apakah yang bernama tafsir, takwil, terjemah. Jebakan ketiga ini terjadi saat umat Islam kontak dengan dunia blok barat (Roma) dan dunia blok timur (Persia). Pusat pertemuan tersebut di wilayah Syam. Syam termasuk kawasan Kufah, Basrah dan Palestina. Wilayah Syam sangat subur bagi perkembangan agama Yahudi dan Nasrani kala itu. Ini yang menyebabkan ajaran-ajaran Islam yang awalnya berdinamika seputar Mekah-Madinah, menjadi meluas (berdialog)   dengan naskah-naskah Israiliyat (Yahudiyat dan Nasraniyat), serta bersinggungan dengan filsafat Yunani (skolastik). Misal, yurisprudensi hukum (usul-fikih) dikonstruk dengan meminjam hukum kausalitas, hukum kias (analogi), silogisme, konvensi, dan syarat-syarat jurnalistik (sanad, rawi, dan matan). Muncul istilah

MERACIK BUMBU BERSAMA GURU

Gambar
  MERACIK BUMBU BERSAMA GURU Oleh Ma'ruf Zahran Sabran JTA Meracik satu persatu item agama bersama kajian guru, berkesimpulan agama masih dianggap kewajiban (beban).   Artinya, ada yang diwajibkan dan ada yang mewajibkan. Kapan Tuhan mewajibkan dan kapan Tuhan diwajibkan. Kewajiban mengisyaratkan sifat takut dan harap. Harap surga, takut neraka. Harap pahala, takut dosa. Lalu kemana Tuhan Allah yang sering disebut-sebut? Atau ibadah dianggap kebutuhan, artinya ada yang dibutuhkan dan ada yang membutuhkan. Kebutuhan mengandung makna Tuhan memerlukan sembah, dan hamba diperlukan menyembah. Bila salat, puasa, zakat, haji, umrah, diartikan kenikmatan. Maksudnya, ada yang menikmati dan ada yang dinikmati. Pola barter yang tidak pantas disandangkan untuk-Nya. Berserah diri, lepaskan beban, seperti Muhammad melepaskan dan memusnahkan materi (berhala). Betapa tidak, sosok pribadi yang sangat mengagumkan sampai tidak dapat dijelaskan kepribadian agung-nya, kecuali sedikit. Kenapa ge

MENATA TANGGA BERAGAMA BERSAMA GURU

Gambar
  MENATA TANGGA BERAGAMA BERSAMA GURU Ma'ruf Zahran Sabran (Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah) Beragama dengan mendaki merupakan suruhan Tuhan.   Jangan berhenti di tempat yang sekarang, kecuali sudah sampai menemukan, tatap muka (TM). Keadaan orang-orang yang beriman adalah dinamis, bukan statis. Sebab itu, dalam Alquran banyak sekali ditemukan kata jalan (sabil, jamak subul). Statis dalam beragama sangat dikecam Tuhan. Kerap kali ditemukan pada lembar ayat suci, apakah kamu tidak memikirkan? Berpikir merupakan proses mencari. Dalam hal ini mencari kebenaran yang yakin (haqqul-yaqin). Tidak goyah, tidak susah, tidak ragu, tidak bimbang. Tangga umat beragama kebanyakan mulai dari syariat (hukum lahiriah), lalu menuju hakikat (hukum batiniah). Mayoritas umat beragama terhenti pada jalan syariat, karena merasa nyaman. Padahal sangat terhukum (kaku) untuk menghukum diri. Terhenti di syariat tidak salah. Namun, belum sempurna. Resikonya, bersiap dengan banyak soal-jawab, perhitungan, ka

BEDAH KITAB DIRI BERSAMA GURU

Gambar
  BEDAH KITAB DIRI BERSAMA GURU Oleh Ma'ruf Zahran Sabran (Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah) Ayat dalam kitab suci Alquran sering menyebut istilah diri dengan banyak pemaknaan. Dari ayat yang jelas (muhkamat), dan dari ayat yang samar (mutasyabihat). Diri yang mana, diri dalam diri yang wajib dibenahi, bukan membenahi diri luar diri. Bila telah dibenahi, tuntaslah pendakian yang selama ini dinaiki. Tuntaslah sudah penyelaman yang selama ini dituruni. Bukan naik ke tujuh petala langit, dan bukan turun ke tujuh petala bumi. Bukan dalam arti tarikan (naik) dan hembusan (turun) napas. Namun kesadaran tentang roh pertama yang Aku tiupkan dari roh-Ku (wanafakhtu fihi min ruhiy). Manifestasi roh itulah napas. Napas dalam bahasa Arab disebut nafs. Artinya jiwa, inti jiwa adalah roh. Inti roh adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad adalah dari sir-Ku. Guru berulang kali menyebut "al-insanu sirriy, wa-ana sirruhu" (manusia adalah rahasia-Ku, dan Aku   adalah rahasia-Nya). Siapakah yang d