Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Al Hikam - Kajian 49 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  AL HIKAM KAJIAN 49 HAKIKAT DUNIA Telah bersabda tuan guru besar al imam al mursyid billah al arif billah fillah Ahmad ibnu Athaillah rahimahullah hafidzahullah subhanahu wa ta'ala : Dunia menampakkan dirinya ke dalam dua wajah, wajah dzahir dan wajah batin. Wajah dzahir dunia bersifat tipuan, sedangkan batin dunia bersifat pembelajaran. Napsu memandang kepada dzahir dunia dan hati (qalbu) memandang kepada batin dunia. 1. Dzahir dunia bersifat tipuan. Dunia sangat berselera dengan kesenangan napsu, untuk mendukung zona kesenangan, kenyamanan, keamanan dan kemudahan dibuat kondisi dunia seperti ruang surga mayapada atau cetak biru (blue print). Bukan untuk mempertentangkan dzahir dunia bersifat tipuan dengan batin dunia bersifat pelajaran. Tetapi dzahir dunia bisa menghanyutkan manusia pada jurang - jurang kebinasaan.  Sewaktu napsu melulu diikuti hilanglah rasa malu. Rasa malu adalah pintu gerbang pertama bagi tumbuhnya esensi peradaban atau sikap dasar kehidupan seperti k

Al Hikam - Kajian 48 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  AL HIKAM KAJIAN 48 ARIF BILLAH DAN KEADAAN LAPANG Arif billah sangat takut kepada Allah saat lapang dari pada saat sempit. Tidak ada orang yang dapat beradab dalam mendirikan hukum Allah saat lapang kecuali hanya sedikit orang saja. (Al Imam al 'arif billah Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari rahimahullah hafidzahullah subhanahu wa ta'ala). Saat lapang arti gambaran yang sejalan dengan hawa napsu karena sifat hawa napsu adalah kesenangan dan keluasan. Dua sifat hawa napsu tersebut sangat mudah sebagai pengantar jalan untuk melalaikan perintah dan melakukan larangan. Mengingat kecenderungan senang lalu lupa diri, lupa keluarga dan lupa tanggungjawab. Kesenangan sangat dekat dengan memperturutkan keinginan hawa napsu seperti makan, minum, tidur serta sifat - sifat binatang jinak (bahimiyah). Misalnya, kebanyakan makan akan membuat orang malas beribadah, kebanyakan minum akan sulit untuk berlama - lama dalam munajat kepada Allah swt, dan kebanyakan tidur akan membuat hati da

Al Hikam - Kajian 47 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  AL HIKAM KAJIAN 47 HARAPAN ARIF BILLAH Harapan seseorang tentang sesuatu dan tujuan dari perbuatannya sangat beragam. Hal ini sesuatu yang wajar, kualitas (mutu) sebuah harapan sangat dipengaruhi oleh ilmu yang dimiliki oleh seseorang. Ilmu tersebutlah yang mengantarkannya pada mutu tujuan, mutu perbuatan dan mutu balasan pahala (tsawab) di sisi Allah swt. Orang yang ilmunya berkisar pada ilmu pengetahuan jasadiyah (biologis), niscaya tujuan - tujuan hidupnya pun bekisar pada harapan capaian mutu biologis seperti punya rumah mewah supaya bisa dibanggakan   di tengah - tengah pergaulan dan pertemanan, minimal tidak dihina miskin. Harapan pada capaian kendaraan - kendaraan yang mewah supaya mudah bepergian dan terangkatlah derajatnya karena hak kepemilikan pada benda - benda tersebut. Inilah pembelajaran yang menjadi contoh setiap tahunnya ketika mudik ke desa, bahwa tanda "orang sukses" adalah mampu menghadirkan koleksi karena telah bisa mempertontonkan atau memamerkan k

Al Hikam - Kajian 46 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  AL HIKAM HIKMAH 46 HARAPAN DAN LAMUNAN Harapan penuh kepada Allah swt telah memusnahkan pandangan pada kebenaran yang hanya berlevel atau bersifat inderawi. Harapan arif billah hanya tertuju kepada Allah swt semata, dalam kajian virtual ini mempercayai bahwa Allah swt hanya satu - satunya Dzat yang diyakini benar keberadaan Nya, kekuasaan Nya, kebesaran Nya, kemuliaan Nya, ketinggian Nya, kehebatan Nya, polarisasi keyakinan seperti ini disebut haqqul yaqin yang bersifat haqqi, sedangkan selain Dia (Allah swt) hanya terpolarisasi pada level yang bersifat dzonni (di duga) ada kebenaran, diduga ada kebaikan, diduga ada kemuliaan, diduga ada keselamatan. Jadi, apapun yang tidak mendasar dan tidak menyandar kepada ma'rifatullah billah adalah rupa - rupa kepalsuan dan kedustaan. Maksudnya, hanya dengan (hakikat) nama Allah, di dalam (hakikat) nama Allah, dan   harapan tertuju kepada (hakikat) Allah swt, sesuatu dan segalanya akan bernilai dan berharga mulia di dunia dan akhirat. Da

Al Hikam - Kajian 45 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  ALHIKAM KAJIAN 45 AL ARIF BILLAH Arif billah menduduki derajat pengenalan sempurna kepada Allah swt dengan kesempurnaan yang tidak mampu untuk dikisahkan kembali. Adapun jika kita mendengar ada kisah - kisah karamah dari arif billah bukan berarti totalitas kesempurnaan puncak (matsnawi) dari mereka, akan tetapi kisah - kisah itu hanya serpihan atau tempias dari ketiadaan diri yang sebenarnya. Arif billah tidak akan mengomentari perbuatan makhluk, sebab dia sudah mengenal sumber terbit dan tenggelamnya perbuatan. Berjalan siklus kehidupan yang berkelanjutan dan   berkesinambungan dalam ilmu, qudrat dan iradat Allah swt, adakah unsur yang lebih baik dari pada ilmu, qudrat dan iradat Nya   ? Arif billah yang tidak berkomentar lagi terhadap perbuatan makhluk karena sudah merasa tidak memiliki hak lagi di hadapan Allah swt. Merasa ketiadaan hak terhadap perbuatan Allah pada makhluk Nya, arif billah tidak mampu berkata - kata lagi walaupun dengan isyarat. Sebab, arif billah tidak ter

Al Hikam - Kajian 44 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  AL HIKAM KAJIAN 44 TERTIPU Tipuan bisa jadi penyamaran sebagai penasehat atau guru, atau diri yang menjelma berpura-pura saleh. Bedanya, apabila ditilik dari sumber, bisa datang dari luar dan bisa datang dari dalam diri, tipuan yang datang dari luar disebut iblisiyah atau syaithaniyah, sedangkan yang datang dari dalam disebut nafsiyah. Seseorang paling sedikit diikuti oleh dua makhluk Tuhan ini. Inilah perjuangan abadi dan panjang dalam peperangan melawan musuh yang tidak nampak secara mata kepala, godaan - godaan iblisiyah beserta pasukan - pasukan tempurnya dan hawa napsu berupa keinginan - keinginan yang terselubung di dalam diri pribadi. Keinginan - keinginan napsu ingin segera dipuaskan, hawa napsu buta tentang hukum Allah swt, hawa napsu tidak mengenal halal - haram, sunnah - makruh. Hawa napsu hanya mengenal puaskan diri, jasmani, hasrat, syahwat walaupun dengan melanggar larangan dan meninggalkan suruhan Allah swt. Hawa napsu hanya mendengar suruhan diri sendiri dan laran