Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

AHAD (Tidak Takut Rugi)

Gambar
  AHAD (Tidak Takut Rugi) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Salat yang kita kerjakan setiap hari, bukan beban, melainkan bantuan. Jika salat berlogika bantuan Tuhan terhadap hamba, maka salat jangan dijadikan beban, tetapi relaksasi. Dimana relaksasi hari ini, dahulu dan akan datang, sangat dibutuhkan oleh manusia yang hidup dalam kesempitan. Tuhan mewajibkan salat sebagai potensi penyegaran kembali (refreshing) jasad dan roh. Kepastian yang telah Dia (Allah) buat, bahwa hamba-Ku selalu berbahagia selama bersama-Ku. Sebuah peringatan bahwa mereka dalam berbahaya, saat tidak bersama-Ku. Kunci mengenal AllahuAhad, adalah lailaha illallahu-Ahad, Allahush-shamadu-lam yalid walam yulad-wa-lam yakullahukufuwan-ahad. Muhammadur-Rasulullah. Sedang gigi-gigi kuncinya ada empat (serba-empat, Banjar: saraba-ampat) yaitu syariat, thariqat, hakikat, makrifat. Keempat ini adalah esa (Ahad). Jadi, jangan diputus lagi sehingga putus, jangan dipupus lagi sehingga pupus, jangan diceraikan lagi,

AHAD (Menembus Batas)

Gambar
  AHAD (Menembus Batas) Oleh Ma’ruf Zahran Sabran UNIVERSALITAS Islam bisa ditemukan pada surah Al-Baqarah ayat 177, surah Al-Hujurat ayat 13. Difirmankan pula dalam surah Al-Baqarah ayat 62. Masih jamak dalam ayat Alquran yang menyatakan nilai kebenaran universal Islam. Nilai kebenaran dapat terletak pada nama, sifat, dzat dan af'al Tuhan, keempat yang bisa dikategori dimaksud adalah Nur Muhammad. Sebab Dia mewujud pada 99 nama, 20 sifat, dzat kasih-sayang (dzu rahmah) atau pemilik kasih sayang, dan perbuatan (af'al) yang tidak lain adalah Nur Muhammad yang menjelaskan supaya jelas bahwa Tuhan bernama Allah. Di atas semua itu adalah Ahad (Tuhan yang bukan dzat, sifat, nama, dan perbuatan). Diluar jangkauan nalar manusia. Bila telah sampai pada Ahad, yang lain menjadi anak tangga (eskalator) bagi ketercapaian Ahad, meskipun wajib dan sudah dilalui, tetapi jangan banyak terhenti dan termenung di anak-anak tangga. Formalitas tetap dilewati sebab formasi (tata-aturan), aga

AHAD (Bukan Nama dan Bukan Sifat)

Gambar
  AHAD (Bukan Nama dan Bukan Sifat) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran MUSLIM berserah diri bukan diri yang merasa baik, dan bukan diri yang merasa benar. Pembuktian diri yang baik dan benar tidak berlaku untuk Allah, sebab Dia sudah mengetahui. Dia mengetahui sebelum hamba melakukan kebaikan dan keburukan, bahkan sebelum alam semesta ini tercipta. Dia suruh, berserah diri sajalah. Bila bertakwa, bertakwalah dengan benar, serius, bukan takwa sebagai permainan atau takwa sekedar mengisi waktu senggang. Takwa pada masa cuti atau istirahat, bukan takwa yang sebenarnya. Takwa yang benar berwaktu setiap saat, dan takwa yang benar berada di semua tempat. Firman Tuhan dalam surah Ali Imran ayat 102: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Dan jangan kamu mati, kecuali kamu (dalam kepastian) berserah diri." Berserah diri artinya menghadap Allah betul-betul sebatang kara, seorang diri, sama seperti saat datang pertama kali di muka bum

AHAD (Inilah Jalan-Ku)

Gambar
  AHAD (Inilah Jalan-Ku) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran QUL hadzihi sabiliy (katakan, inilah Jalan-Ku). Ayat tersebut ditemukan di bagian penutup surah Yusuf. Seakan Tuhan yang telah membentang kehidupan Yusuf dari masa kecil dengan segala cobaan, masa remaja dengan segala ujian, usia pemuda dipenjarakan, sampai menjadi nabi, menjadi raja, dan akhirnya wafat adalah kisah pembelajaran yang benar. Siklus kehidupan adalah jalan-Ku (sabiliy), jalan Tuhan. Hakikat Ahad tidak bisa dijelaskan, walau oleh seorang utusan resmi dari-Nya. Seperti Nuh, seorang utusan yang tidak dapat menghadirkan bukti bahwa Nuh seorang nabi. Respon pemuka kaumnya adalah "illa basyaram-mitslukum," (Nuh) tidak lain kecuali manusia biasa seperti kamu. Artinya, tulisan ini tidak untuk memaksakan pengertian syahadat (penyaksian) kecuali setelah tersampaikan hidayah. Fungsi bayyinat, bukti (evident) sekedar mengkonfirmasi kedudukan Nur Muhammad. Nur Muhammad merupakan tangga menuju Ahad. Eskalasi y

AHAD (Timbangan yang Tidak Ada Timbangan-Nya)

Gambar
  AHAD (Timbangan yang Tidak Ada Timbangan-Nya) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran GUNA timbangan diantaranya untuk menentukan berat sesuatu, harga sesuatu, kuantitas sesuatu. Terus, dalam nama diketahui kualitas nama, kualitas sifat, semuanya adalah fungsi kerja timbangan (neraca). Mampu diketahui kualitas buruk karena ada sebutan baik, tidak mampu disebut buruk, sekiranya tidak pernah ada baik. Terbit kata baik karena diawali pengenalan terhadap buruk. Jin ada, sebab ada yang disebut manusia, namun jin dan manusia merupakan sekumpulan bangsa. Mendatangkan yang baik (pahala), dan mendatangkan yang buruk (dosa), keduanya mengungkit penyesalan. Sebab yang beramal baik (khair) belum puas dengan amal baiknya. Puas dan tidak puas landasannya adalah keinginan diri (hawa nafsu). Demikian pula yang berdosa, belum puas dengan dosanya, karena dosanya tidak berakhir dengan pertaubatan. Bila sudah bertaubat, belum yakin dengan taubatnya diterima. Yakin masih memantik ragu, ragu adalah musuh

AHAD (Restrukturisasi Beragama Abad 21)

Gambar
  AHAD (Restrukturisasi Beragama Abad 21) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Strukturisasi boleh dibuat, bahkan restrukturisasi beragama bukan Ahad. Ahad bukan penamaan, Dia telah ada tanpa diadakan. Dia selalu hadir tanpa dihadirkan. Meski Dia tidak butuh kepada hadir, dan Dia tidak perlu kepada selalu. Semua derivatif (turunan) kata kerja, nama, sifat, dan dzat adalah bukan Dia. Dia maha meliputi, memenuhi, memadati. Dia bukan dalam lapangan studi filsafat, dan Dia tidak dalam konsentrasi kajian fikih. Fikih sentris sudah lama mendominasi umat muslim khususnya, dan umat manusia umumnya. Fikih disini dipahami masuk kedalam pranata (ranah) hukum. Hukum bila dipahami literasi-nya sangat rigid (kaku), namun dalam item hukum terdapat interpretasi hukum (terjemah-tafsir-takwil). Ilmu fikih dapat menjadi penghalang bagi pengetahuan, pengertian dan pemahaman bagi keesaan Tuhan yang sebenarnya. Demikian pula ilmu kalam, filsafat, bahasa, sejarah, geografi, sosiologi dan sebagainya. T

AHAD (Menyingkap Rahasia Alam Setelah Makrifat)

Gambar
  AHAD (Menyingkap Rahasia Alam Setelah Makrifat) Oleh Ma’ruf Zahran Sabran PERTARUNGAN melawan Dajjal di akhir masa, masa menyingkap martabat alam sudah saatnya. Mengingat, yakin menyingkirkan ragu. Ragu dapat membuang yakin. Kondisi yang berhadapan, hitam-putih, dosa-pahala, neraka-surga, jelas bukan Dia yang sebenarnya. Tidak mungkin sehari-semalam kita berada di atas sajadah. Mustahil kita tidak lepas dari zikir (ingat). Bukankah sesuatu yang sering disebut adalah asing, sesuatu yang ingin selalu didekatkan adalah jauh. Bukankah sesuatu yang diseru adalah kurang respon. Padahal Dia maha mengingat, tanpa harus diingatkan. Mohon berdekatan, sementara Dia maha hadir. Dipuji, sedang Dia maha terpuji. Dipuja, sedang Dia tidak meminta untuk dipuja. Diseru, sedang Dia maha mendengar. Dilihat, sedang Dia bukan dalam pandangan. Apa yang diperjalankan-Nya, bukan Dia, melainkan ayat (tanda). Namun Dia bukan tanda. Apa yang Dia beri ilmu, bukan Dia. Apa yang Dia beri kehidupan, bukan

AHAD (Menyikapi Rahasia Alam Setelah Makrifat)

Gambar
  AHAD (Menyikapi Rahasia Alam Setelah Makrifat) Oleh Ma'ruf Zahran Sabran   PERTARUNGAN melawan Dajjal di akhir masa, masa menyingkap martabat alam sudah saatnya. Mengingat, yakin menyingkirkan ragu. Ragu dapat membuang yakin. Kondisi yang berhadapan, hitam-putih, dosa-pahala, neraka-surga, jelas bukan Dia yang sebenarnya. Tidak mungkin sehari-semalam kita berada di atas sajadah. Mustahil kita tidak lepas dari zikir (ingat). Bukankah sesuatu yang sering disebut adalah asing, sesuatu yang ingin selalu didekatkan adalah jauh. Bukankah sesuatu yang diseru adalah kurang respon. Padahal Dia maha mengingat, tanpa harus diingatkan. Mohon berdekatan, sementara Dia maha hadir. Dipuji, sedang Dia maha terpuji. Dipuja, sedang Dia tidak meminta untuk dipuja. Diseru, sedang Dia maha mendengar. Dilihat, sedang Dia bukan dalam pandangan. Apa yang diperjalankan-Nya, bukan Dia, melainkan ayat (tanda). Namun Dia bukan tanda. Apa yang Dia beri ilmu, bukan Dia. Apa yang Dia beri kehidup

MEMAKNAI PANCASILA SEBAGAI AMANAT NASIONAL DI ERA DIGITAL

Gambar
  MEMAKNAI PANCASILA SEBAGAI AMANAT NASIONAL DI ERA DIGITAL Oleh Ma’ruf Zahran Sabran MEMPERINGATI hari lahir Pancasila, 1 Juni 1945 - 1 Juni 2024. Pancasila merupakan ideologi yang terbuka, membahas dan mengkajinya pada semua ordo (masa) dan tinjauan. Multi tinjauan dapat memperkaya Pancasila itu sendiri, dari ruang manual sampai ruang digital. Nilai patriotisme Pancasila hari ini bukan mengusir penjajah, namun mengusir untuk keinginan "mencubit" anggaran proyek untuk kesenangan kelompok dan golongan. Ujian Pancasila untuk NKRI kini bukan rongrongan musuh dari luar, namun rongrongan musuh dari bangsa sendiri. Keinginan hidup kaya tanpa mengindahkan nilai Pancasila, dan tanpa mencamkan pembukaan UUD 1945. Bangsa yang disorientasi dan dislokasi dari cita-cita luhur pendirian negeri dan bangsa, akan menyeret pada lubang kehancuran yang mengerikan. Sebelum kemerdekaan, musuh kita adalah penjajahan (kolonial) Belanda. Bersifat jelas, peperangan simetris, ruang, waktu, m

PERLUKAH REFRESHING?

Gambar
  PERLUKAH REFRESHING? Oleh Ma’ruf Zahran Sabran Aturan dibuat bukan untuk memberatkan, filosofi pertama yang wajib dipahami saat akan membuat peraturan. Agama (Islam) memberikan jalan keluar setiap masalah yang dihadapi. Melalui kitab suci, Tuhan memberi cara bagaimana menghadapi hidup. Sebab bila siap hidup, artinya siap mati. Jangan berani hidup tetapi takut mati. Maksudnya, kehidupan dan kematian layak untuk dinikmati, berhak untuk bahagia. Dalam kondisi apapun, kita semua adalah bahagia. Kebahagiaan akan berefek pada aliran darah, pernapasan, nadi dan tulang. Sebaliknya rasa sedih yang disimpan hingga trauma akan membahayakan dan minimal mengganggu fungsi kerja saraf. Beberapa kali Tuhan mengatakan, Allah tidak pernah membebani-mu sesuai dengan kemampuan-mu. Bukan berarti Dia tidak progresif, namun takar kemampuan diri untuk selalu dibaca guna menjadi tahu diri. Sekarang banyak orang yang tidak tahu diri, bacaan tajwid salah namun berebut-rebut menjadi imam salat berjamaah

PERSIAPAN LAHIR BATIN KEBERANGKATAN CALON HAJI

Gambar
  PERSIAPAN LAHIR BATIN KEBERANGKATAN CALON HAJI Oleh Ma’ruf Zahran Sabran CALHAJ (calon haji) Indonesia tahun 2024 perlu mempersiapkan lahir dan batin. Kesiapan lahir yang saban tahun membersamai calhaj adalah tubuh yang sehat dan prima. Sebab disamping cuaca Mekah yang memang sudah panas, ditambah mobilisasi pelaksanaan haji yang menguras tenaga (energi). Memerlukan air yang cukup, makanan yang bergizi, dan istirahat yang memadai (tidur yang cukup). Untuk persiapan puncak haji, wukuf di Arafah. Bila cuaca di Mekah sangat panas, cuaca di Madinah kadang sangat dingin. Dua pengalaman yang memberi arti bagi jamaah haji untuk cepat menyesuaikan diri. Meski dalam makanan tidak dirasakan kendala. Sebab, tersedia menu khas Indonesia. Sebagai terkabul doa Nabi Ibrahim ketika beliau meminta aneka buah-buahan untuk penduduk Mekah dan sekitarnya. Artinya, walau tidak ada perkebunan buah dan sawah ladang, aneka buahnya dan biji-bijian yang banyak terdapat di sana. Jamaah haji bisa membeli