Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

CHILD FREE

CHILD FREE Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Sejarah, peristiwa yang selalu terjadi berulang. Datang, pulang, kembali datang. Konteksnya sama, caranya berbeda, situasi dan kondisi yang berbeda. Fakta, sejarah sebelum kelahiran Ibrahim dan Musa adalah pembunuhan terhadap bayi   yang ketahuan lahir berjenis kelamin laki-laki. Kondisi mencekam ini berlangsung selama ratusan tahun. Ketika itu, sehingga tradisi membunuh bayi atau anak laki-laki menjadi kultur (budaya) di negeri Babilonia dan Mesir. Sedang masa sebelum kelahiran Muhammad bin Abdullah adalah pembunuhan massal terhadap bayi yang dilahirkan dari rahim para ibu yang berjenis kelamin perempuan. Sehingga di akhirat banyak didapati bayi-bayi perempuan ditanya, karena dosa apakah mereka dibunuh (biayyi dzanbin qutilat)! (Baca At-Takwir:9). Kini, generasi milenial dihadapkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar kehidupan (primer). Berupa tidak imbang antara neraca pendapatan dengan neraca pengeluaran (belanja rutin). Buktinya, kurs

UJIAN AKHIR SEMESTER - D3 KEBIDANAN

  UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH: AGAMA D3 KEBIDANAN POLTEKKES PONTIANAK SEMESTER SATU TAHUN AKADEMIK 2024/2025 Dosen: H. Ma'ruf, S.Ag, M.Ag Soal: Ajaran semua agama menempatkan kehamilan ibu hamil merupakan tugas mulia. Demikian pula proses persalinan. Niscaya tugas bidan adalah mulia, sebagai tindakan   medis profesional. Sehubungan untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk, Republik Indonesia mewajibkan KB (keluarga berencana) dengan semboyan dua anak cukup. Bagaimana pandangan agama-agama terhadap KB: A. Islam. B. Katolik. C. Kristen. D. Hindu. E. Budha. F. Kong Hu Chu. Jelaskan pandangan ke-enam agama tersebut tentang KB! Aborsi (pengguguran kandungan), bisa dibenarkan dan tidak bisa dibenarkan. Salah satu faktor adalah tergantung pada kondisi kesehatan ibu hamil dan janin. Alasan (dalil) apakah yang bisa dibenarkan oleh agama-agama untuk mengambil tindakan aborsi: A. Islam. B. Katolik. C. Kristen. D. Hindu. E. Budha. F. Kong Hu Chu. Jelaskan ajaran ke-enam

TEMPAT IBADAH DAN PERIBADATAN (Profan dan Transenden)

TEMPAT IBADAH DAN PERIBADATAN (Profan dan Transenden) Oleh Ma’ruf Zahran Tempat ibadah bolehkah dikatakan sebagai transaksi hamba dan Tuhan, atau barter. Bisakah memberi-Nya sebagai pemberian. Dimana posisi Tuhan dan dimana posisi hamba? Eksistensi profan atau realitas materi (fikih) itulah perbedaan. Eksistensi profan (keduniaan) diakui oleh kitab suci sebagai bagian integral yang majemuk, namun hadir dalam kenyataan. Pengakuan ini menanda bahwa menjadi muslim adalah siap berbaur dengan entitas aktual kemasyarakatan. Pada tataran ini, wajib dibedakan antara orang yang beragama dengan orang yang tidak beragama. Manusia hidup tanpa bertuhan (atheis), dan manusia hidup dengan bertuhan (theis). Seperti kenyataan firman: "Diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi. Karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah pasti menolong mereka. Mereka adalah orang-orang yang diusir dari kampung halaman tanpa alasan yang benar. Hanya mereka mengatakan: Tuhan kami adala

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

  CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Bumi yang kita tempati terhampar sebagai karunia Tuhan, dan langit menjulang tinggi seperti atap besar tanpa tiang, serta pergantian malam dan siang. Menanda pada peredaran bulan sebagai patokan perhitungan tahun hijri. Peredaran matahari sebagai perhitungan tahun masehi. Keduanya adalah untuk manusia. Bila malam melulu, maka manusia akan beku. Bila siang melulu, maka manusia akan kering, lalu terbakar. Berbagai konflik yang terjadi di muka bumi, bukan berasal dari ajaran agama yang suci. Melainkan banyak disebabkan oleh politik kekuasaan (rakus). Dengan demikian, musuh bersama agama-agama adalah penjajahan, penindasan, ketidak-adilan (perbuatan aniaya). Tugas agama diantaranya membuat orang kaya jangan terlalu kaya, dan yang miskin bagaimana supaya sedikit kaya. Sikap filantropi berasal dari ajaran sedekah yang terdapat pada semua agama. Bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tidak sekedar menjadi pem

PUNCAK KESEJATIAN

  PUNCAK KESEJATIAN Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Ketika menakar agama dengan syariat dan menakar agama dengan hakikat, banyak manusia tertipu, sebab keduanya adalah hukum yang menghukum. Ikatan yang mengikat, jeratan yang menjerat, penjara yang memenjara. Buang penjara itu, menuju Tuhan yang esa. Apakah ada tuhan-tuhan selain Aku (Allah). Syariat bukan Aku, hakikat bukan Aku. Syariat menghukum manusia secara lahiriah, hakikat menghukum manusia secara batiniah. Bagaimana manusia supaya hidup damai, aman, tertib, bebas, merdeka, berani, dan tidak terpenjara oleh rasa takut dosa dan harap pahala. Disini, manusia dituntut untuk mengembangkan pola pikir. Berproses, variabel pendidikan, keluarga, lingkungan, penelitian, pemikiran, akal sehat yang diasah, sangat   mampu menembus tujuh petala langit dan bumi. Bahkan, mampu menembus keduanya, melintasi isra' (bumi), melintasi miraj (langit) dan melintasi ahad (diatas bumi dan langit). Ditantang Tuhan dalam firman-Nya: "Hai golon

MENDOBRAK KULTUR (BUDAYA) AGAMA

MENDOBRAK KULTUR (BUDAYA) AGAMA Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Materi agama yang manusia perbincang dan perdebatkan   masih masuk dalam wilayah kultur (budaya) agama, bukan agama itu sendiri. Pranata agama yang telah dibacakan, dituliskan dan dikaji, niscaya menjadi bagian dari sub sistem sosial, sama dengan pranata ideologi, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan negara. Meski diskusi lewat media sosial (medsos) antara pro dan kontra. Misal tentang peringatan maulid, isra' miraj, tahun baru hijriyah, semua berkedudukan pada ranah budaya (custom). Maksudnya, hasil lapisan kebiasaan yang mentradisi. Baik kelompok yang membenarkan peringatan maulid maupun yang melarang. Keduanya merupakan produk sejarah masa lampau. Artinya, keduanya adalah bid'ah, tinggal mencari landasan teologis sebagai pembenaran (claims of truth). Betapa banyak esensi bertuhan yang maha esa, telah menjadi ritual formal agama yang dibungkus. Ibarat pribahasa, "lebih cantik bungkus daripada isi.

MENEMBUS BATAS WILAYAH AGAMA

  MENEMBUS BATAS WILAYAH AGAMA Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Bagaimana agama dibangun saat sang pemilik agama tidak dikenal. Agama secara harfiah disebut din. Din artinya keadaan berhutang. Orang yang berhutang pasti terjerat dengan hutang-nya sendiri. Hutang wajib dibayar, janji wajib ditepati. Pepatah mengatakan: "ada ubi, ada talas. Ada budi, ada balas. Konsep dan pepatah di atas menandakan seseorang masih terpenjara. Penjara syariat dan penjara hakikat.   Lalu, bagaimana cara membayar hutang supaya lunas, menepati janji agar lunas. Menjadi budi berbalas dan berbalas budi? Puluhan tahun hidup seseorang mencari jalan untuk sanggup melunasi hutang kepada Tuhan. Seumur hidup ingin menepati janji dan membalas budi baik. Ternyata, waktu yang panjang tidak mampu ditebus dengan salat yang berketerusan (salatu da'im). Seperti umur umat Nabi Nuh yang rata-rata mencapai 950-1.000   tahun. Umur umat Nabi Ibrahim dan Musa yang rata-rata menempuh 800-900 tahun. Namun kebanyakan me

MENYEMBAHYANGKAN BAYANG

  MENYEMBAHYANGKAN BAYANG Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Umumnya, beragama hari ini berdasarkan indikator kuantitatif, terukur dan terjadual, sehingga menjadi formalitas. Agama formalitas bercirikan keras dan tegas dalam aturan dengan disiplin ketat. Ketat dalam memberlakukan diri dan orang lain, bahkan cenderung memaksakan kehendak. Terkadang memberlakukan hukum tajam kepada orang lain, namun tumpul kepada diri dan kelompoknya. Menjadikan dalil sebagai alasan untuk memuaskan egonya. Egonya menjadi Tuhan yang menetapkan masa depan diri dan orang lain. Sempat ada ajaran yang mengatakan "jual beli" surga. Agama diperdagangkan, dengan sosok atau materi tertentu, seperti nikah mut'ah (kawin kontrak), jual-beli "sajadah surga, muk (cangkir) surga, kopiah surga, kapling tanah surga." Pada tataran ini, tidak sulit membedakan agama bisnis dan bisnis agama. Aksi berbisnis dalam agama, lebih besar dosanya, sebagai watak orang-orang Yahudi. Jual beli hukum agama dan pra

MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO

  MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO Oleh Ma'ruf Zahran Sabran Paling melelahkan bukan salat, sebab napsu kadang ikut didalam salat. Kalau lolos dari jebakan napsu salat, pasti hanya berwaktu dalam lima sesi.   Lima waktu dalam sehari semalam. Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib, Isya.   Sedang yang belum terpisah sampai hari ini adalah diri (ego). Ego akan dibawa kemana pergi, ego tidak berwaktu. Paling menghauskan bukan puasa.   Sebab puasa merupakan ibadah berwaktu. Tapi, kewajiban kita hari ini adalah bagaimana membumihanguskan ego. Namun ego tidak bisa dibakar, ego tidak bisa disiram. Justru dengan api dan air, ego semakin melonjak. Kecuali stop bagi ego suplay makanan, minuman serta bersetubuh. Niscaya ego akan lemah. Hentikan kekuatan jasad, roh akan tunduk takluk pada Al-Jabbar. Bila telah lepas dari penjara ego, disitulah kemerdekaan abadi. Sini, kita diajarkan menjaga jarak dalam mencintai dunia. Kerap kali dalam kitab suci disebutkan, berhati-berhati dengan orang yang en

TITIK NOL

  TITIK NOL Ma'ruf Zahran Sabran TITIK NOL, kemanapun diputar haluan   pemahaman kitab suci Alquran pasti bermula dari tauhid dan berakhir untuk tauhid. Keberadaan tauhid tidak sanggup lagi untuk disanggah. Mengingat, tauhid merupakan puncak tertinggi beragama yang ingin dituju oleh kaum beriman. Ternyata, dua ilmu dibawahnya, ilmu fikih untuk membersihkan yang zahir. Ilmu tasawuf untuk membersihkan yang batin. Kedua-duanya penting. Guru mengistilah dengan dua sayap dari seekor burung. Ibarat sayap fikih (syariat) dan sayap tasawuf (hakikat). Terbang dengan kecepatan tinggi, namun stabil. Tujuan terbang hanya satu, esa (tauhid). Menyatukan serta mengesakan Tuhan dan Allah. Saat kata Tuhan telah tidak ada, lenyap, musnah, fana. Saat kalam Allah telah tidak berhuruf, tidak bersuara. Esa yang memuji esa, bisakah? Diam sajalah! Dua bidang ilmu, ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Keduanya harus mengantar kepada tauhid. Tauhid yang berarti keesaan, berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, t