Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Al Hikam - Hikmah 221 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 221 HAKIKAT WAKTU Apa yang telah hilang dari umurmu tidak dapat ditarik kembali (kerugian). Sedang jika engkau berhasil dengan amal shaleh tidak terkira nilainya (keberuntungan). Shahibul hikam ini mengingatkan pentingnya waktu yang harus diisi seluruh ragam amal shaleh. Jika tidak sangat merugilah. Waktu berjalan terus baik jarum detik, jarum pendek dan jarum panjang. Diketiga jarum itulah   Allah menilai, menakar dan memasukkan kita ke dalam kelompok hambaNya yang beriman dan beramal shaleh yang berakhir di surga atau sebaliknya, amal fasiq yang berakhir di neraka. Dengan pertanyaan, apakah yang kita isi dari ketiga jarum tersebut ? Waktu yang kita habiskan 24 jam. Di akhirat nanti ada 24 lemari. Alhamdulillah jika 24 lemari itu terisi dengan barang berharga mulia dan bernilai tinggi - bermutu sangat baik. Isi terbaik itu adalah dzikrullah, shalat itu dzikrullah. Seperti kalam muliaNya : Sesungguhnya Aku (hanya Aku) Allah tiada tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku s

Al Hikam - Hikmah 250-252 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 250 -252 TAWADHU' BILLAH Barangsiapa merasa diri tawadhu' , maka dia benar-benar sombong. Bukan tawadhu' orang yang merasa telah merendahkan dirinya, tetapi tawadhu' adalah diri yang tidak layak mendapatkan kemuliaan (karena tawadhu' adalah kemuliaan disisi Allah, artinya merasa diri tawadhu' telah merasa diri mulia, lalu merasa diri mulia merupakan kesombongan). Hakikat tawadhu' terbit dari menyaksikan kebesaran Allah dan tersingkapnya sifat-sifat Allah. Imam Ahmad Ibnu Athaillah ini menjelaskan bahwa tawadhu bukan pengakuan makhluk, tapi pengakuan Allah kepada makhlukNya yang benar-benar tawadhu', sebab dia (tawadhu’) bukan pengakuan diri yang lemah ini, tapi menjadi rahasia Allah dalam ilmuNya (sirullah). Shahibul hikam melalui hikmahnya mengatakan seseorang yang telah merasa merendahkan diri karena telah merasa kebesaran diri, pengakuan diri tawadhu' berarti pengakuan palsu dan tipu-tipu diri yang terbit dari ananiyyah (keaku

Al Hikam - Hikmah 33-35 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 33-35 TAWAKKAL Tidak akan terhenti (terganjal) permintaan yang engkau sandarkan kepada Tuhanmu (keadaan bertawakkal). Dan tidak mudah tercapainya permintaan yang engkau sandarkan kepada dirimu sendiri (ketiadaan bertawakkal). Tanda keberhasilan diakhir adalah kembali kepada Allah diawal. Barang siapa yang terang diawalnya, terang diakhirnya. Shahibul hikam ini menyuruh tawakkal adalah perbuatan hati diawal (bidayah) demikian pula yang didapat dalam tawakkal hamba diperjuangan saat akhir (nihayah). Begitupun jua salik atau murid yang saat awal berjalan menuju Allah (bidayah) dalam tawakkal, kemudian Allah sampaikan si murid/salik menjadi wasil (sampai kepada Allah) karena telah berserah diri sejak awal hingga akhir dijaga Allah. Berarti berhati-hatilah saat memulai niat karena di dalam niat berikutan dengan tawakkal di dalam niat itu. Bagaimana keadaan akhir begitulah keadaan awal. Awalilah sesuatu dengan menyebut nama Allah (abda-u bismillah). Apapun pekerjaan hati,

Al Hikam - Hikmah 109 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 109 FANTASI Ketergantunganmu kepada Allah adalah sifat dirimu yang asli, sebab-sebab peristiwa yang menimpa dirimu menyadarkan engkau pada ketersembunyian sifat aslimu itu. Sedang ketergantunganmu (kepada Allah) tidak terhindarkan oleh angan-angan (fantasi). Shahibul hikam ini menerangkan keadaan wujudmu adalah pemberian Allah, demikian segenap hajatmu perdetiknya merupakan pemberianNya juga. Tetapi kadang engkau lupakan pemberian Allah itu dikala engkau senang, sehat, sentosa, selamat. Lalu, Allah ingatkan kembali bahwa sesuatu yang hinggap pada dirimu berupa kesenangan itu melalui derita sakit, miskin, payah, dan susah. Lalu, ingatlah kamu akan mula sifat asli kejadianmu yaitu berkebutuhan dan berhajat kepada Allah. Maksudnya yang hinggap itu berupa kesenangan merupakan fana, kesementaraan (fantasi), sedang yang abadi bahwa dirimu butuh kepada tempat bergantung, Allah tempat bergantung, Allah tempat meminta (Allahush shamad). Sebab, segala sesuatu selain Allah merupaka

Al Hikam - Hikmah 249 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 249 MUSUH Sengaja Allah menjadikan syaithan sebagai musuhmu, supaya engkau bosan kepada syaithan lalu engkau berlindung kepada Allah. Demikian juga napsu, supaya engkau selalu menghadap Allah. Mursyid ketiga dari sanad thariqah Syaziliyyah, dari mursyid pertama Abu Hassan As Syazili, mursyid kedua Abu Abbas al Mursi dan beliau Ahmad Ibnu Athaillah as Sakandari   telah mengarang kitab Al Hikam (hikmah-hikmah) telah tertulis 700 tahun yang lalu. Beliau menasehati jangan membenci ciptaan Allah swt berupa syaithan dan hawa napsu. Keduanya merupakan barang ciptaan. Status barang ciptaan pasti fana, musnah dan lemah. Keduanya memiliki unsur jahat, syaithan makhluk dengki (hasad), napsu makhluk ananiyyah (keakuan), baik hasad maupun ananiyyah bertujuan menjerumuskan manusia ke lembah jurang neraka jahannam terdalam dengan menghalangi manusia dari jalan Allah (wayashuddukum 'an sabilillah), tersesatlah hamba itu sesesat-sesatnya, kecuali hamba yang ditolong Allah dari naps

Al Hikam - Hikmah 265 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 265 UPAH BAGAIMANA MUNGKIN ENGKAU AKAN MEMINTA UPAH KEPADA ALLAH TERHADAP AMALMU, PADAHAL ALLAH SENDIRI YANG BERSEDEKAH AMAL KEPADAMU. ATAU, BAGAIMANAKAH MUNGKIN ENGKAU MEMINTA BALASAN ATAS SUATU KEIKHLASAN, PADAHAL ALLAH YANG MEMBERI HIDAYAH KEIKHLASAN KEPADAMU. Seluruh asal muasal kebaikan, tegak berdirinya laku kebaikan, lalu kembalinya kebaikan kemudian yang maha baik membalasi kebaikan bukankah hanya Allah belaka ? Bukan siapa-siapa, termasuk bukan dirimu ! Disini, shahibul hikam dengan jelas mentadbirkan maklumat bahwa secara tersirat malu meminta upah kepada Allah atas taat dzahir yang kita lakukan, bukankah dari Allah jualah hidayah (petunjuk) taat dan hanya kepada Allah jualah hidayah kembalinya taat, sebab sumber kebaikan hanya satu-satunya dari Allah belaka, tidak ada duanya. Sebagaimana Engkau suruh kami selalu membacanya, Tunjukilah kami (bimbing) kami ke jalan yang lurus (Al Fatihah ayat 6). Bagaimana mungkin hamba meminta upah dari kebaikan yang dia buat

Al Hikam - Hikmah 243-245 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 243-245 ILMU NAFI' Al-Ilmun nafi' huwalladzi yanbasithu fis shadri syu'uhu, wayankasyifu bihi 'anil qalbi qina'uhu. Khairul 'ilmi makanatil khasy-yatu ma'ahu. Al 'Ilmu in qaranathul khasy-yatu falaka, wailla fa'alaika. Demikian kata beliau, waliyullah al-arif billah mursyid imam Ahmad Ibnu Athaillah Rahimahullah Ta'ala wanafa'ana bi ulumihi yang sekira-kira artinya adalah : Ilmun nafi' (ilmu yang berguna) ialah yang meluaskan dan menyinarkan dada serta membukakan penutup hati, sebaik-baik ilmu yang bersama ilmu itu adalah keadaan rasa takut kepada Allah. Akibatnya, ilmu yang disertai rasa takut kepada Allah, akan menguntungkan dirimu, jika tidak, ilmu itu berbahaya bagimu. Shahibul Hikam ini menjelaskan bahwa ilmun nafi' adalah mengenal Dzat Allah serta sifat, asma dan af'al (perbuatan) Allah. Juga mengerti bagaimana cara mengabdikan diri kepada Allah serta beradab kepada Allah. Dalam kitab ini juga beliau kat

Al Hikam - Hikmah 238 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 238 SUKA DAN DUKA KURANGILAH KESUKAANMU DENGAN DUNIA, SUPAYA BERKURANG KEDUKAANMU PADA DUNIA (Liyaqilla ma tafrahu bihi yaqilla ma tahzanu alaihi). Sebanyak yang kita reguk berupa nikmat-nikmat duniawi sebegitu banyak pulalah kedukaan saat nikmat itu pergi. Jika nikmat itu berada di tangan kita bersiap-siaplah kita menjadi budaknya. Bukankah engkau menjadi budak terhadap apa yang engkau miliki. Dan, engkau akan merasa kehilangan ketika yang engkau miliki itu pergi atau khianat kepadamu. Betapa dalamya rasa kehilangan itu adalah sedalam,   seerat, sekuat engkau mencintai barang atau orang. Bersusah payah engkau mengejar dunia hingga melalaikan taatmu kepada Allah, sementara janji dunia bersifat palsu, lalu dunia tidaklah menyisakanmu kecuali kehampaan. Hampa tidak mendapatkan kepuasan yang dijanjikan dunia melainkan engkau sibuk mencari dunia, lalu kamu mati, kemudian harta yang engkau kumpulkan sekiranya halal pasti dihisab (dihitung), sekiranya harta diperoleh dengan ca